Dibayar Tunai

Sedih. Pedih.

Terjadi begitu saja, orang yang saya percaya tidak akan menyakiti tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat saya menangis. Begitu saja. Setelah lama saya tidak mewek2 kecuali pas baca buku atau nonton film sedih, hari ini saya dibikin nangis justru oleh orang dekat saya sendiri. Tanpa sepengetahuannya tentu saja.

Tidak perlu berspekulasi tentang siapa orangnya. Yang jelas bukan suami saya. Sebut saja namanya Kaktus (abis tajem 😄😄😄). Masalahnya apa juga biar saya dan Allah yang tahu, karena saya nggak yakin dia sadar.

Setelah beberapa menit bertanya-tanya, “why oh why?”, saya lalu teringat perjumpaan hari ini dengan seorang kenalan lain, sebut saja namanya Melati. Saya dengan riangnya bercanda2 dengan teman saya yang lainnya, sebut saja dia Hello Panda, bercanda semi serius sebenarnya. Bercanda di depan Melati, membicarakan sesuatu yang saya tahu sensitif buatnya. Saya tidak merasa salah, karena saya tidak merasa bermaksud menyakiti Melati meskipun saya tahu kondisinya. Apalagi Hello Panda juga, sudah pasti nggak ngeh, membalas candaan semi serius saya.

Abstrak ya.

Sejurus kemudian saya lalu “mak deg!”. Subhanallah… astaghfirullah… perbuatan saya sudah dibayar kontan.

Lalu saya berhenti menangis. Alhamdulillah, Allah mengingatkan saya. Saya bicara banyak berbusa-busa tentang empati, ternyata saya masih belum menguasai diri sendiri untuk bisa cukup empati.

Hiks.