Pernah merasakan deja vu? Pasti pernah. Sepertinya hampir setiap orang pernah mengalami deja vu. Atau mungkin hanya sebagian saja. Kalau memang begitu, berarti saya adalah yang sebagian itu.
Deja vu adalah sebuah perasaan ‘been there before’. Dan katanya deja vu adalah sebuah kelainan kerja otak. Memori kita mengatakan kita pernah mengalami suatu situasi yang sama dengan yang kita hadapi sebelumnya, tapi sebenarnya tidak.
Benarkah?
Sejak kecil saya cukup banyak mengalami deja vu. Kadang saya tidak bisa mengingat kapan, dimana, dan bagaimana kondisinya, yang jelas saya pernah merasakannya. Tapi, seringnya saya mengalaminya di dalam mimpi. Dan anehnya, hal itu selalu berhubungan dengan suatu tempat, dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan prediksi kejadian atau ramalan, atau melihat masa depan, atau… apapun itu namanya.
Suatu malam di masa ABG saya, saya bermimpi berada di sebuah bangunan di malam hari. Tiba-tiba gedung tersebut terbakar, orang-orang di dalam panik berhamburan ke luar gedung. Dan saya, entah bagaimana ceritanya meluncur di pegangan tangga. Mimpi itu masih saya ingat sampai sekarang.
Beberapa bulan setelah mimpi tersebut, saya dan keluarga pergi ke Bandung. Oleh sepupu yang tinggal di Bandung, kami diajak berkeliling Bandung dan sekitarnya. Mulai dari Cihampelas *waktu itu belum ada factory outlet*, Kawah Putih, dan terakhir… Dago Tea House.
Di tempat terakhir itulah saya mengalami deja vu. Saya berusaha mengingat-ingat, dimana dan kapan saya ke tempat ini sebelumnya. Dan akhirnya saya ingat mimpi saya tentang bangunan yang terbakar itu adalah Dago Tea House. Dan… alhamdulillah tidak terjadi apa-apa …
Saya juga pernah bermimpi mengunjungi suatu rumah, rumahnya sudah agak tua. Mimpi itu terjadi beberapa kali di masa SMA, jauh sebelum saya kuliah di Unpad, Jatinangor. Anehnya, suatu hari ketika saya sudah kuliah, papa saya berencana membeli rumah kos-kosan di daerah Cisitu. Kami berkeliling dari rumah ke rumah yang hendak dijual. Dan sampailah kami di suatu rumah dengan lokasi sangat strategis. Konon yang punya rumah lagi B.U., jadi rumahnya plus kos-kosannya plus anak kos-nya akan dijual.
Rumahnya sudah agak tua. Begitu saya masuk ke dalam, anehnya saya merasa bisa mengetahui detail rumahnya, sampai ke letak ruang tamu dan letak kursi ber-jok bludru berwarna cokelat. Dan saya pun ingat rumah yang sering muncul di mimpi saya. ‘Nah, ini dia!’ Hihi…
Tapi, sekali lagi, mimpi saya tidak berarti apa-apa, karena tiba-tiba yang punya rumah mendapat suntikan dana dan batal menjual rumah tersebut. Tadinya, saya berpikir apakah mimpi saya berarti kami ‘jodoh’ dengan rumah tersebut? Eh, ternyata memang bukan rejeki…
Perasaan yang sama juga pernah datang ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di UI Salemba. Rasanya pernah ke situ, tapi sekali itu saya lupa kapan dan dimana. Mungkin saya memang pernah ke situ, tapi saya yang lupa… Hehe…
Nah, hari ini saya kembali mengalaminya. Ceritanya saya hari ini harus daftar ulang untuk seleksi CPNS di suatu institusi. Tampak luar, gedungnya berbentuk kotak ber-cat putih, dan sudah agak kuno tapi masih bersih. Nama institusinya terdisi dari empat kata, silahkan ditebak sendiri. Hehehe….
Saya kira gedungnya kecil, hanya melebar gitu aja, rupanya ada taman yang menjembatani antara gedung satu dengan gedung lainnya. Saya yakin banget, taman ini yang ada di mimpi saya. Lupa sih detail mimpinya. Semakin diingat semakin lupa.
Tapi karena, sekali lagi, mimpi dan perasaan deja vu saya tidak ada hubungannya dengan prediksi masa depan, jadi saya santai saja. Tidak berharap-harap hanya karena mimpi. Nanti bisa musyrik. Hi… Berharap hanya pada Allah Sang Maha Pemberi Rizki saja. Toh bisa saja mimpi saya bukan berarti apa-apa, atau amit-amit, memang sedang terjadi kelainan dalam sistem saraf di otak saya.
So, Deja vu, anggap saja sebagai kejutan manis kalau kita sedang mengalaminya 🙂