Tadi saya (kayaknya) ketemu artis. Haha. Penting? Nggak juga sih. Saya hanya ingin menuliskan perasaan yang saya rasakan saat melihat sosok selebriti dalam kesehariannya, walaupun saya tahu sahabat saya, Neng Ara pasti akan rolling her eyes dan menatap dengan tatapan, “apaan sih lo, shin?!”. Hahahaha…
Ara, sahabat saya sejak SMP itu paling sebel kalau saya ngaji sama dia atau jalan bareng dan ketemu artis, terus mulai minta “foto bareng” sama artis. “Ngapain?” tanya dia. “Seru aja,” kayaknya ini jawaban saya. Lupa juga. Tapi sebenarnya saya tidak pernah beneran minta foto bareng selebritis. Saya hanya senang ngerecokin dan bikin sebel si Ara. Hihihi…
Ada perasaan “kecil”, seperti mendadak minder terkadang kalau bertemu selebritis. Apalagi hari ini, saya pergi ke ACE Hardware bersama suami hanya mengenakan gamis tosca polos dan brego’ cokelat, which made it look more like daster, hahahaha. Di saat saya yang mulai mengantuk mendatangi deret kayu segi empat yang tersusun rapih di etalase calon rak gantung, yang hendak dibeli suami saya, saya melihat sosok perempuan agak “bule” (atau Arab), bertubuh kurus, cukup tinggi, rambut kecokelatan tergerai, kulit putih dan hidung mancung yang bengkok di pangkalnya.
“Cantik banget…” demikian gumam saya dalam hati.
Perempuan itu bersama laki-laki yang sibuk memilihkan rak gantung yang sama dengan saya. Saya sangka itu suaminya. Tapi setelah saya yakin kalau itu Nia R, saya juga yakin kalau laki-laki yang bersamanya bukan A. Bakrie. Mungkin supirnya atau asistennya, or sort of.
Malam tadi di ACE Hardware, (kalau benar itu) Nia R minim pulasan, dan dia masih tetap terlihat cantik. Saya pernah juga bertemu BCL tanpa make up atau ZM, rasanya tidak ada yang aura bintangnya seperti Nia Ramadhani. Memang beneran cantik.
Siapa sih perempuan yang tidak ingin cantik? Rasanya tidak ada.
Saya juga jadi teringat saat saya kecil, saya selalu ingin tampil dan bercita-cita jadi peragawati atau penyanyi. Mungkin bibit-bibit itu masih ada, LOL, karena sesampainya di mobil, saya bercermin dan melihat diri saya lalu berpikir bahwa saya tidak cukup cantik dan saya sangat beruntung suami saya menikahi saya yang (malam ketika tulisan ini dibuat) kusam dan kuyu. Mungkin saya harus facial dengan rutin, atau maskeran semaksimal mungkin. Nia R salonnya dimana ya? Pasti mahal…
Whush…
Betapa setan begitu pintar membisikkan ketidaksyukuran, sebagaimana setan pintar membisikkan kebanggaan diri…
Ah, berapa banyak selebriti cantik dan tampan tapi hidupnya hampa tanpa sandaran?
Apa rasanya menjadi cantik dan tampan tapi tidak dapat hidayah?
Bukankah itu menjadi bencana dan ujian luar biasa? Cantik yang semestinya dijaga dan dilindungi sebagaimana perintah agama malah menjadi bumerang yang menakutkan…
Apa rasanya menjadi “piala bergilir”? Berganti dari satu kekasih kepada kekasih lain?
Dimana dignity dan kehormatan perempuan jika ianya malah bangga menjadi objek alakadarnya bagi laki-laki?
Dimana kesejatian laki-laki kalau tolak ukurnya hanya kegilaan para perempuan pada fisiknya semata?
Jadi, ini bukan tentang Nia R. Saya tidak hendak menciptakan tulisan yang membuat blog saya tampak seperti blog gossip. Saya ingin menceritakan perasaan saya, yang disusupi rasa minder dan lupa bahwa menjadi perempuan bukan hanya tentang menjadi cantik saja.
Bersyukurlah, apabila kita tidak diberi kecantikan atau ketampanan, atau kemasyhuran, atau kekayaan sebagaimana selebriti tanah air. Karena Allah tidak menjadikan itu semua sebagai tolak ukur kebaikan diri seseorang.
Tapi khawatirlah ketika apa yang Allah berikan gagal kita syukuri…
*Note to self*