demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan demi hari yang dijanjikan. demi yang menyaksikan dan yan disaksikan. binasalah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin. dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji, yang memiliki kerajaan langit dan bumi. dan Allah menyaksikan segala sesuatu.
by the star-spangled heaven! by the promised day! by the witness and the witnessed! cursed the masters of the trench, of the fuel-fed fire, when they sat around it, witnessed of what they inflicted on the believers! nor did they torment them but for their faith in God, the Mighty, the Praiseworthy: His the kingdom of the heavens and of the earth; and God is the witness of everything.
Al-Quran (The Koran), surah Al-Buruuj (The Starry): 1-9
Bahwasanya Al-Quran adalah bukti ke-MahaSempurna-an Allah, setiap Muslim pasti sudah mengetahuinya. Baik itu tahu sekedar “yea yea yea, gue tau”, maupun tahu dengan memaknainya dalam-dalam. Di dalamnya terintegrasi segala hal yang dibutuhkan ummat manusia, catat ummat manusia, bukan hanya Muslim, untuk menjalani kehidupan. Mulai dari perintah Allah, hingga larangan-larangannya; mulai dari berita gembira kepada mereka yang percaya, hingga peringatan bagi mereka yang lalai pada Tuhannya. Al-Quran memuat fakta ilmiah terjadinya alam semesta, terbentuknya janin, sampai dengan dua laut yang tidak dapat bertemu. Al-Quran banyak menggambarkan keadaan yang sangat… kita banget dalam konteks yang berbeda-beda tetapi universal. Maksud saya, sepintas lalu tampaknya gambaran keadaan yang Allah tuliskan dalam kitab suci-Nya hanyalah gambaran perumpamaan yang indah yang sifatnya universal; akan tetapi bagi mereka yang berada dalam keadaan tersebut perumpamaan itu menjadi sebuah ‘Aha! effect’ yang luar biasa.
Misalnya, sebuah cerita yang dikutip oleh Prof. DR. Deddy Muyana, MA, guru besar ilmu komunikasi UNPAD dalam bukunya, ‘Santri-santri Bule’ (Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hal. 36). Beliau mengutip Gary Miller (1992:1-2) yang menceritakan bahwa suatu ketika seorang pria yang berprofesi sebagai pelaut dagang diberi A-Quran oleh seorang Muslim. Dia tidak mengatahui apapun tentang sejarah Isla, whatsoever; tapi ia tertarik membaca Al-Quran. Ketika selesai membaca, ia bertanya, “Apakah Muhammad seorang pelaut?”. “Bukan,” jawab si Muslim, “Sebenarnya Muhammad hidup di padang pasir”. Setelah itu, si pelaut dagang tadi masuk Islam. Alasannya, karena ia sangat terkesan dengan penggambaran Allah dalam Al-Quran, surat An-Nur ayat 40. Untuk lebih mudah dipahami, saya akan mengutip terjemahan An-Nuur mulai dari ayat 39.
dan orang-orang yang kafir, perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila didatangi tidak ada apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya,
atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. apabila dia meneluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. barang siapa tidak diberi cahaya oleh Allah, maka dia tidak akan mempunyai cahaya sedikit pun.
Ayat ini sesungguhnya adalah perumpamaan Allah terhadap orang-orang kafir. Perumpamaan yang Allah berikan pada ayat pertama adalah perumpamaan dengan penggambaran keadaan di tempat yang panas, seperti padang pasir, atau… pernah kan di musim kemarau yang panas di atas jalan beraspal yang datar kita melihat ada cahaya berkilauan seperti ada airnya padahal nggak ada? Saya sih pernah waktu kecil, waktu itu saya belum baca Al-Quran, jadi saya sedikit banyak paham dengan perumpamaan tersebut. Tapi perumpamaan kedua, selama ini saya baca hanya sekedar baca, ‘yayaya’ sambil angguk-angguk tanpa memahami maksudnya. Hanya pelaut yang memahami kondisi ‘gelap gulita berlapis-lapis, apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya’. Sedangkan Nabi Muhammad SAW, yang selama ini dituduh sebagai manusia supergenius sehingga bisa menuliskan Al-Quran demikian indahnya,bukanlah seorang pelaut, melainkan pedagang yang melintasi padang tandus. Bagaimana dia bisa tahu keadaan di lautan, sedangkan di tempatnya tinggal masih sangat jauh dari laut? Jadi, pahamkan pertanyaan pelaut Canada tadi dan mengapa akhirnya doi masuk Islam? Karena ‘Aha! Effect’ yang luar biasa saat kita membacanya…
Saya pernah tersengat ‘Aha! Effect’, salah satunya ketika saya sedang membaca surat An-Najm ayat 45-46.
dan sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan,
dari mani, apabila dipancarkan
Sepintas lalu, indah tapi ya… memang begitu adanya. Dulu-dulu juga rasanya ketika membaca An-Najm dan terjemahannya ‘memang begitu adanya’, indah dan sempurna. Tapi ketika saya membacanya dalam keadaan saya menanti buah hati, dan telah melalui proses medis dari satu dokter ke dokter lainnya, ayat ini “menyengat” saya. Dalam pemeriksaan fertilitas pria, terdapat sejumlah syarat atau kondisi dinyatakan sehat. Jumlah, bentuk, kecepatan dan gerakan sperma. Kecepatan dan gerakan sperma ada kategorinya lagi, tapi secara umum, sperma yang sehat adalah yang bergerak cepat, dan lurus. Hanya spermatozoa yang cepat dan lurus yang memiliki banyak probabilitas untuk masuk ke sel telur hingga menghasilkan kehamilan. Dengan kata lain hanya sperma yang ‘memancar’, bukan yang ‘diam’, bukan yang ‘lambat’, apalagi yang ‘mengalir’.
See? Ngerti kan ‘Aha! Effect’ yang saya maksud?
Nah, Al-Quran juga bukan hanya mencakup fakta-fakta ilmiah, tapi juga fakta sejarah. Fakta sejarah inilah alasan mengapa saya mengutip surat Al-Buruuj ayat 1-9. Ketika dulu saya membaca artinya, saya pikir yang Allah ceritakan dalam surat itu adalah orang-orang Islam. Islam dalam arti mereka yang beriman dan menjadi pengikut Muhammad, shalawat dan salam atasnya. Ternyata surat Al-Buruuj bukan menceritakan pengikut Nabi Muhammad, shalawat dan salam atasnya; melainkan pengikut Nabi Isa, shalawat dan salam atasnya, alian orang-orang Nasrani.
Masyarakat Najran adalah pengikut Nabi Isa, shalawat dan salam atasnya, yang sangat taat dan sangat mencintai nabinya. Dan merekalah orang-orang mukmin yang dikisahkan Allah dalam surah Al-Buruuj. Kisah itu terjadi pada 523 M. Ketika itu agama Yahudi berkembang pesat di Yaman. Petinggi Yaman, Dzun Nuwwas juga menjadi pemeluknya. Dalam perkembangannya, Dzun Nuwwas memaksa masyarakat Najran yang saat itu sudah beragama Nasrani untuk masuk ke dalam agama Yahudi. Dalam buku “The Great Story of Muhammad”, Syaikh Shafiyy ar-Rahman al-Mubarakfury mengatakan, “Namun, penduduk Najran menolak, dan Dzun Nuwwas pun membakar mereka di dalam parit. Beberapa riwayat menyebutkan, peristiwa itu terjadi pada tahun 523 M dan menelan korban 20 ribu hingga 40 ribu orang”.
Ketika membaca kisah ini, lagi-lagi saya ‘tersengat’. Dan saya tersadarkan, mengapa banyak orang-orang barat (baca: Amerika dan Eropa) berbondong-bondong masuk Islam (lihat surat An-Nashr). Kebanyakan dari mereka beragama Kristen dan Yahudi walaupun ada juga yang atheis. Ketika mengetahui fakta sejarah dalam surat Al-Buruuj inilah saya sadar, dalam arti, saya paham, mengerti, tahu, apapun itu bahwa Al-Quran memang sungguh-sungguh-sungguh ditujukan bagi seluruh ummat manusia. Apakah untuk kita, orang-orang sebelum kita, orang-orang setelah kita; apakah itu Muslim, maupun bukan Muslim. Mengapa banyak orang-orang Barat kembali ke pelukan Islam karena Al-Quran banyak ‘bicara’ mengenai mereka. Mereka yang Yahudi dan Nasrani. Al-Quran bicara tentang kelahiran Isa, semoga shalawat dan salam tercurah padanya yang akan dimuliakan di hari lahir dan hari ia dibangkitkan. Al-Quran bicara tentang sucinya Maryam, ibunda ‘Isa ‘alaihi salam , juga bicara tentang Musa ‘alaihi salam, Nabinya orang Yahudi. Tidak ada yang ditutupi, tidak pula ditambah-tambahkan. Namun di sisi lain, Al-Quran juga mencakup seluruh ummat manusia. Segala aspek kehidupan manusia, mulai dari proses penciptaan, kelahiran, pernikahan, perceraian, kematian, hingga setelahnya. Al-Quran mencakup ranah ilmiah, sosial, hukum bahkan ekonomi dan perdagangan.
Maka adakah kitab lain di dunia ini yang serupa dengannya? Adakah manusia, gerombolan manusia-manusia pintar sedunia yang bisa menciptakan satu surat saja yang isinya komplit-plit, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, ditulis dalam bahwa yang ketika diterjemahkan makna-nya bisa ‘tetep dapet’ dan sesuai konteks budaya?
bahkan mereka mengatakan, ‘dia (muhammad) telah membuat-buat al-quran itu’. katakanlah, ‘(kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (al-quran) yang dibuat buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar
maka jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka katakanlah, ‘ketahuilah, bahwa (al-quran) itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka maukah kamu berserah diri (masuk Islam)?’
Hud: 13-14